Cerita Sukses Pelaku UMKM Menjual Nasi Bakar Ke Pasar Internasional

Di balik asap dapur yang mengepul dan bungkusan daun pisang yang harum, tersembunyi cerita luar biasa tentang mimpi besar dari warung kecil. Siapa sangka, nasi bakarโ€”makanan tradisional Indonesia yang akrab di warung dan pinggir jalanโ€”bisa menembus pasar ekspor dan dinikmati di meja makan orang-orang luar negeri? Kisah inspiratif ini datang dari seorang pelaku UMKM asal Bandung bernama Rina Setyaningsih, yang sukses mengangkat nasi bakar menjadi kuliner premium bernilai ekspor.

Dari dapur sempit rumah kontrakan hingga masuk dalam katalog makanan khas Indonesia di Dubai, Singapura, dan Jepang, perjalanan Rina adalah bukti bahwa dengan ketekunan, inovasi, dan kemauan belajar, makanan tradisional pun bisa mendunia.


Awal Mula: Warung Nasi Bakar Pinggir Jalan

Rina memulai usahanya pada 2016, bermodal Rp2 juta hasil menjual perhiasan kawin. Saat itu, ia hanya membuka warung kecil di depan rumah, menjual nasi bakar isi ayam suwir pedas, teri kemangi, dan jamur lada hitam. Ia memilih nasi bakar karena ingin menghadirkan makanan yang praktis, aromatik, dan berbeda dari nasi bungkus biasa.

โ€œDulu, banyak yang bilang saya aneh. Nasi dibakar kok dijual? Tapi pelanggan mulai datang karena wanginya menggoda,โ€ kenang Rina.

Setiap pagi, ia memasak nasi gurih santan, menyiapkan isian, membungkus dengan daun pisang, dan memanggang di atas arang. Dalam sehari, ia menjual 30โ€“50 bungkus ke tetangga, pengendara, dan pekerja sekitar.


Inovasi Produk: Dari Tradisional ke Premium

Rina sadar, untuk berkembang, ia tak bisa hanya bergantung pada pembeli sekitar. Ia mulai bereksperimen dengan rasa dan tampilan. Ia belajar dari internet, ikut pelatihan UMKM, dan mengembangkan varian baru:

  • Nasi Bakar Daging Rendang
  • Nasi Bakar Tuna Lada Hitam
  • Nasi Bakar Vegetarian Jamur Tiram
  • Nasi Bakar Tofu Vegan Jepang (untuk pasar ekspor)

Tak hanya soal rasa, Rina juga mengubah kemasan. Ia mengganti plastik dengan food-grade vacuum pouch agar bisa dijual sebagai produk beku (frozen). Ia menambahkan label berbahasa Inggris, keterangan nutrisi, dan QR code video cara menghangatkan.

Kemasan ini membuat nasi bakar tidak hanya jadi makanan jalanan, tapi produk kuliner khas Indonesia siap saji berstandar internasional.


Langkah Awal Menuju Ekspor: Pameran UMKM dan Digital Marketplace

Kesempatan besar datang saat Dinas Perdagangan mengadakan pelatihan ekspor UMKM. Rina yang tekun mengikuti kelas akhirnya lolos kurasi untuk ikut pameran makanan internasional di Singapura tahun 2019, membawa sampel nasi bakar frozen dalam pendingin.

Reaksinya mengejutkan. Banyak pengunjung pameranโ€”terutama diaspora Indonesia dan pecinta kuliner Asiaโ€”tertarik. Mereka kagum dengan kemasan praktis dan aroma khas dari daun pisang.

Tak lama kemudian, Rina mendapat pemesanan 500 bungkus untuk komunitas Indonesia di Malaysia. Inilah ekspor pertamanya, yang ia kirim lewat jasa logistik makanan beku.

Setelah itu, ia mulai mendaftarkan produknya ke e-commerce ekspor seperti Tokopedia International, Shopee Global, dan bahkan Amazon melalui pihak ketiga. Ia juga menjalin kerja sama dengan diaspora untuk menitip jual di restoran-restoran kecil di luar negeri.


Proses Legalitas dan Standar Internasional

Menjual makanan ke luar negeri bukan perkara mudah. Rina harus melewati banyak tahapan:

  • Mendapatkan izin PIRT, Sertifikat Halal, dan NIB
  • Mengurus Sertifikat HACCP dan food safety handling
  • Melakukan uji laboratorium terhadap kadar gizi, bahan pengawet, dan daya tahan produk
  • Menerjemahkan label ke dalam bahasa Inggris dan Jepang

Semua proses ini membuat usahanya lebih profesional. Rina menggandeng ahli pangan dari universitas setempat untuk membantu formulasi agar nasi bakar tahan beku tanpa bahan kimia. Ia juga menyewa dapur produksi bersertifikasi BPOM untuk ekspor.


Strategi Branding: Menjual Cerita, Bukan Sekadar Makanan

Kesuksesan Rina tak hanya karena rasa, tapi juga kekuatan cerita. Ia membangun brand bernama โ€œBaraNasiโ€โ€”singkatan dari โ€œBakar Nasi, Bangkitkan Rasa Nusantara.โ€ Di akun Instagram dan katalog, ia menampilkan narasi tentang:

  • Sejarah nasi bakar di Indonesia
  • Proses pembuatannya secara tradisional
  • Cerita perjuangannya sebagai ibu rumah tangga pelaku UMKM
  • Testimoni pelanggan dari berbagai negara

โ€œOrang luar negeri suka makanan Indonesia, tapi mereka juga suka cerita di baliknya. Saya bukan cuma jual nasi, saya jual rasa dan budaya,โ€ jelas Rina.

BaraNasi kini memiliki slogan:

โ€œWrapped In Leaves, Brought Across Borders.โ€


Pangsa Pasar dan Distribusi Internasional

Saat ini, BaraNasi telah menjual produknya ke:

  • Malaysia dan Singapura: melalui reseller dan marketplace
  • Hong Kong dan Taiwan: lewat komunitas TKI dan TKW
  • Jepang: dikemas khusus dengan label bahasa Jepang dan sertifikasi tambahan
  • Dubai dan Qatar: memenuhi permintaan makanan halal beku bagi ekspatriat Asia Tenggara

Setiap bulan, Rina mengirim sekitar 3.000โ€“5.000 bungkus nasi bakar frozen, dengan penghasilan bersih mencapai puluhan juta rupiah. Ia mempekerjakan 18 orang ibu rumah tangga di sekitar rumah produksi.


Tantangan dan Cara Menghadapinya

1. Logistik dan Daya Tahan Produk

Mengirim makanan beku ke luar negeri bukan hal gampang. Harus memakai pengemasan thermal dan sistem cold chain. Untuk mengatasi ini, Rina bekerja sama dengan ekspedisi khusus produk pangan beku.

2. Adaptasi Lidah Pasar Global

Rasa pedas dan santan kadang terlalu kuat untuk pasar Jepang atau Eropa. Maka, ia menyediakan versi mild (tanpa cabai), low fat, dan vegan-friendly.

3. Skala Produksi dan Kualitas Konsisten

Saat permintaan meningkat, menjaga kualitas menjadi tantangan besar. Ia menetapkan SOP ketat dan pelatihan untuk tim produksi. โ€œBungkus harus rapat, isian harus pas, rasa harus stabil. Karena satu kesalahan bisa buat pelanggan kecewa.โ€


Penghargaan dan Apresiasi

Atas usahanya, Rina mendapat berbagai penghargaan:

  • UMKM Berprestasi dari Kemenkop UKM
  • Penerima Apresiasi Wirausaha Perempuan 2022
  • Masuk katalog โ€˜100 Produk Lokal Siap Eksporโ€™ dari Kementerian Perdagangan

Media nasional dan internasional juga meliput kisahnya, mulai dari Kompas, Detik, hingga media diaspora di Tokyo dan Kuala Lumpur.


Misi Sosial: UMKM Naik Kelas dan Pemberdayaan Lokal

Rina tak hanya berhenti pada kesuksesan pribadi. Ia juga membina UMKM lain di bidang kuliner agar siap ekspor. Ia membuka pelatihan tentang:

  • Cara membekukan makanan tanpa bahan pengawet
  • Membuat kemasan siap ekspor
  • Strategi penjualan digital internasional

Ia juga rutin berbagi ilmu lewat Instagram dan komunitas, mengusung semangat:

โ€œProduk lokal jangan hanya dijual murah di pasar, tapi dikemas layak dan dijual mahal ke dunia.โ€


Kesimpulan: Dari Daun Pisang ke Dunia

Cerita Rina Setyaningsih dan โ€œBaraNasiโ€ adalah bukti nyata bahwa makanan tradisional bisa naik kelas dan bersaing di pasar global. Dengan sentuhan inovasi, kemauan belajar, dan keberanian mengambil risiko, siapa pun bisa membuka peluang besar dari usaha kecil.

Nasi bakarโ€”yang dulu hanya dijajakan di pinggir jalanโ€”kini menjadi produk ekspor berstandar internasional, dikemas indah, diceritakan dengan bangga, dan dinikmati oleh masyarakat lintas benua.

Lebih dari sekadar bisnis, kisah ini adalah inspirasi bahwa UMKM Indonesia punya potensi luar biasa untuk mengangkat budaya kuliner bangsa ke panggung dunia. Yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk memulai, konsistensi untuk bertumbuh, dan kepercayaan bahwa rasa lokal kita layak dibanggakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More Articles & Posts